Ilmu Hitam di Bali
Berbicara
tentang adat istiadat di Bali dikaitkan dengan arus modernisasi, masih
tetap ajeg dan kuat berakar di hati sanubari masyarakat Bali. Ilmu hitam
yang di kenal dengan istilah "Pengeleakan" di bali, adalah merupakan
suatu ilmu yang diturunkan oleh Ida Sang Hyang Widi Wasa ( Tuhan Yang
Maha Esa ) dengan segala manifestasinya dalam fungsinya untuk memprelina
( Memusnahkan ) manusia di muka bumi.
Di bali ilmu tersebut dikenal masyarakat sangat luas sejak dulu, ilmu ini memang teramat sadis karena dapat membunuh manusia dalam waktu yang relatif singkat. Ilmu dapat juga menyebabkan manusia mati secara perlahan yang dapat menimbulkan penderitaan yang hebat dan berkepanjangan.
Dalam masyarakat bali khususnya yang beragama hindu dikenal dengan istilah “Rua Bineda” yaitu Rua berarti dua dan Bineda berarti berbeda yang artinya ada dua yang selalu berbeda, seperti adanya siang dan malam, ada suka dan duka, ada hidup dan mati, demikian pula dengan ilmu ini ada ilmu yang beraliran kiri disebut ilmu hutam atau Ilmu Pengeleakan dan sebagai penangkalnya ada ilmu yang beraliran kanan atau ilmu putih.
Pengertian Ilmu Hitam
Ilmu hitam disebut juga ilmu pengeleakan, tergolong "Aji Wegig" yaitu aji berarti ilmu, wegig berarti begig yaitu suatu sifat yang suka menggangu orang lain. Karena sifatnya negative, maka ilmu ini sering disebut "Ngiwa" ngiwa berarti melakukan perbuatan kiwa alias kiri. Ilmu leak ini bisa dipelajari pada lontar – lontar yang memuat serangkaian ilmu hitam. Lontar –lontar artinya buku – buku jaman kuno yang terbuat dari daun pohon lontar yang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran 30 cm dan lebar 3 cm, diatas lontar diisi tulisan aksara Bali dengan bahasa yang sangat sakral.
Di Bali ada empat jenis lontar Ilmu Hitam atau Ilmu Pengeleakan antara lain :
>
1. Lontar Cambraberag.
2. Lontar Sampian Emas
3. Lontar Tanting Emas
4. Lontar Jung Biru.
Lontar – lontar tersebut ditulis pada jaman Raja Erlangga yang berkuasa di Kerajaan Kediri yaitu ditulis pada waktu Calonarang masih hidup. Calonarang adalah nama seorang perempuan dari Desa Dirah yaitu Desa pesisir termasuk wilayah Kerajaan Kedari. Calonarang berstatus janda sehingga sering disebut Rangda Naten Dirah yaitu Rangda artinya janda atau dalam bahasa Bali disebut balu, Naten artinya dari atau berasal dan Dirah artinya nama suatu desa. Jadi ‘’Rangda Naten Dirah’’ artinya janda dari desa Dirah. Calonarang adalah Ratu Leak yang sangat sakti yang pada jaman itu bisa membuat Kerajaan Kediri Gerubug (wabah) yang dapat mematikan rakyatnya dalam waktu singkat.
Kisah ceritanya adalah sebagai berikut :
Di Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Erlangga yaitu didesa Dirah ada sebuah Perguruan Ilmu Hitam atau Ilmu Pengeleakan yang dipimpin oleh seorang janda yang bernama Ibu Calonarang, mempunyai murid – murid yang semuanya perempuan dan diantaranya ada empat murid yang ilmunya sudah senior antara lain :
- Nyi Larung.
- Nyi Lenda.
- Nyi Lending.
- Nyi Sedaksa.
Ilmu leak ini ada tingkatan – tingkatannya yaitu :
1. Ilmu Leak Tingkat Bawah yaitu orang yang bisa ngeleak tersebut bisa merubah wujudnya menjadi binatang seperti monyet, anjing, ayam putih, kaqmbing, babi betina (bangkung) dan lain – lain.
2. Ilmu Leak Tingkat Menengah yaitu orang yang bisa ngeleak pada tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Burung Garuda dan bisa terbang tinggi, paruh dan cakarnya berbisa dan matanya bisa keluar api.
3. Ilmu Leak Tingkat Tinggi Yaitu oaring yang bisa ngeleak tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Bade Yaitu berupa menara pengusungan jenasah bertingkat sebelas dan seluruh tubuh menara tersebut berisi api yang menjalar – jalar sehingga apa saja yang kena sasarannya bisa hangus menjadi abu.
Ibu Calonarang juga mempunyai anak kandung seorang putrid yang bernama Dirah Ratna Manggali, berparas cantik jelita, tetapi anaknya tidak ada pemuda yang melamarnya karena Dirah Ratna Manggali diduga bisa ngelelak, dengan di dasarkan pada hukum keturunan Yaitu kalau Ibunya bisa ngeleak maka anaknyapun mewarisi ilmu leak itu.
Ibu Calonarang sangat sedih bercampur berang. Sedih karena khawatir putrinya bakal jadi perawan tua, itu berarti keturunannya akan putus dan tidak bisa pula menggendong cucu .
Berang karena putrinya dituduh bisa ngeleak dengan demikian pada suatu malam yang kelam Ibu Calonarang memanggil murid – muridnya untuk membuat Kerajaan Kediri gerubug (wabah) yang dapat mematikan rakyatnya dalam singkat, sehingga dengan demikian banyak penduduk yang jadi korban, ada yang muntah berak ada pula penyakit yang aneh – aneh timbul di sana sini.
Kerajaan Kediri gempar, sehari hari orang mengusung mayat ke kuburan dalm selisih waktu yang sangat singkat. Raja Kediri sangat panik sehingga Raja Kediri memanggil seorang Bagawangita yaitu Pendeta Kerajaan Kediri yang bernama Empu Bharadah yang di tugaskan oleh Raja untuk mengatasi garubug (wabah) sebagai ulah onar si Ratu Leak Calonarang .
Empu Bharadah lalu mengatur siasat dengan cara Empu bahula putra Empu Bharadah di tugaskan untuk mengawini Diah Ratna Manggali agar berhasil mencuri rahasia ilmu pengeleakan milak janda sakti itu. Empu Bahula berhasil mencuri buku tersebut yang dimana berupa lontar yang bertuliskan aksara Bali yang menguraikan tenteng teknik – teknik pengeleakan. Setelah Ibu Calonarang mengetahui bahwa dirinya telah diperdaya oleh Empu Bharadah dangan memanfaatkan putranya Empu Bahula untuk pura –pura kawin dengan putrinya sehingga berhasil mencuri buku ilmu pengeleakan milik Calonarang.
Ibu Calonarang sangat marah dan menantang Empu Bharadah untuk perang tanding pada malam hari di Setra Ganda Mayu yaitu sebuah kuburan yang arealnya sangat luas yang ada di Kerajaan Kediri. Maka pertarunganpun terjadi dengan sangat seram dan dahsyat antara penguasa ilmu hitam yaitu Calonarang dengan penguasa ilmu putih yaitu Empu Bharadah. Pertempuran berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi. Karena ilmu hitam mempunyai kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang hari Ibu Calonarang akhirnya terbakar hangus oleh ilmunya sendiri. Dengan meninggalnya Ibu Calonarang maka bencana gerubug (wabah) yang melanda Kerajaan Kediri bisa teratasi.
Demikian adanya Ilmu Hitam atau Ilmu Pengeleakan yang sampai sekarang masih berkembang di Bali, karena masih ada generasi penerusnya sebagai pewaris pelestarian budaya di Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar